Sunday, March 8, 2015

Mixed Up I

Its been so many weeks since my last post.
I have been through a lot of changes in my life.

I moved to Jakarta, temporary, for I don't know how many months but I have been in town for three months.
I am staying at The Capital SCBD. Quite near to my office at IDX building. To be honest, I was not ready to work in Jakarta. Not that I mention to the traffic 'coz I just simply walk to the office but my life. I miss my KL life. Jakarta is just simply cruel. I don't like it. My parents are happy with me being in town so they can easily approach me for quick brunch or something.
Oh God, time flies so fast. If I could paused it, that would be awesome.

Anyway, how are you guys ? I miss writing, taking a photo and Sansan.
Wait a minute, Sansan ? Gak pernah terbesit sepersekian detik pun kalau Sansan bisa mewarnai hari-hari gue yang kelabu ini. But one thing that I know so far, Sansan nyebelin dan cenderung sinis sama gue. Dia typical orang yang sangat kompetitif, gak bisa liat gue lagi nganggur dikit pasti dikasi kerjaan. Padahal status hierarchy gue sama dia itu selevel. He is not my boss nor my supervisor. Pokoknya dia itu exactly the same level with me. But entah kenapa gue juga gak ngerti, dia udah menjelma jadi person in charge of every single thing around my department. Jadi wajar kalau dia banyak kerjaan, wajar kalau dia bisa ngepass kerjaan yang menurut dia itu simple tapi pada kenyataannya pas gue kerjain itu adalah kerjaan yang complex. Oh my god !!

Gue tinggal satu atep sama dia selama gue di Jakarta. Kemana-mana bareng dia. Dari breakfast sampai dinner. Gue muak sama dia yang suka nanyain hal-hal ajaib yang terjadi di Jakarta Raya ini. Misalnya dia tanya kenapa orang nyetopin mobil pribadi bukannya taxi (Bencong !!! Itu joki three in one deh !!!), terus dia nanya yang naik motor itu pada baik suka ngajakin nebeng motornya tapi dia gak pernah mau soalnya rada takut diculik (Itu tukang ojek !), terus dia bilang sate ayam itu pedes (Please kita makan sate padang bukan sate ayam bumbu kacang !) dan lain-lain yang gue sendiri sampai lupa saking banyaknya. 
Sansan sukanya shirtless di rumah. Ini salah satu yang suka bikin gue salah tingkah. Walaupun dia nyebelin, tapi kalau digodain pas lagi gak pake baju kan bikin pusing juga. Suka jadi gak fokus. Gue udah bilang ke dia kalau dirumah jangan gak pake baju karna gue risih liatnya terus dia bilang "yaudah merem aja jadi gak liat gue deh" sambil nyelonong pergi. Gila. Gue bisa gila. Dan bener aja, dia berhasil ngebuat gue tergila-gila.

Hari itu, gue gak masuk kerja karna gue lagi gak enak badan. Gue setress sama kerjaan gue dan ditambah gue musti dealing with him all the time. Jadi gue memutuskan untuk ambil cuti dan memanjakan isi lemari gue dengan barang-barang baru. Gue beli one suits of Hugo Boss yang musti customize soalnya gue kurus. Cape deh … tapi yang penting ada barang baru. Terus gue beli beberapa buku di Aksara dan gue beli sepatu lari di goods dept. Balik ke rumah, gue langsung buka blog. Gue kangen nulis dan gue pun buka blog lama gue. Gua baca satu-satu dari mulai yang draft sampai yang gue publish. Semuanya tentang Pascal. Gue kangen dia. Dimana dia sekarang ? Gue sih yakin dia masih di Aussie but is he okay ? I mean, walaupun gue udah gak sama dia, perasaan was was akan kabar dia selalu menghantui gue. He is part of my life. Gue mulai minum wine yang gue beli, setengah botol wine gak kerasa udah masuk keperedaran darah gue. Gue mulai galau, sedih sambil bengong meratapi nasip percintaan gue yang kerasa cukup mengenaskan. Gue buka folder foto-foto kenangan kita berdua. Gue nangis. Mewek kaya abis motongin bawang merah. Tragis banget. Gue ingusan. Gak berenti nangis. Sial, harusnya gue gak pake minum wine. Harusnya gue udah biasa aja. Harusnya gue udah move on. But actually gue belom sama sekali. Kampungan, gue ngedumel sendiri. Dari rasa sedih itu, sedikit-sedikit gue mulai marah dan jijik sama diri gue sendiri. Kenapa juga harus sedramatis kaya gitu. Gue tutup mata gue dan gue mulai tenang. Gue mencoba untuk tidur. Bener apa kata temen gue, paling enak itu tidur abis nangis. Rasanya pules. Dan gue yang tertidur dengan damainya sampai pada akhirnya gue terbangun dengan sosok Sansan yang ternyata tengah melihat laptop gue. Mau ngilang rasanya. Dia ngomong sambil kaget dan merasa bersalah "is he you boyfriend, are you a ga, mmm sorry I have not intention to look at your laptop. I am sorry". Gue melotot sambil nutup laptop gue. Gue marah besar, "how dare you, its none of your problem!!!" Gue jalan sambil sedikit berlari masuk ke kamar gue.
Goblok !! Itu kata yang pertama keluar dari mulut gue ketika gue berhasil menutup pintu kamar gue dengan cara yang cukup kasar. Sebenernya sih semuanya salah gue yang sampai bisa ketiduran di ruang tamu dengan laptop gue yang masih memamerkan foto-foto gue and Pascal. Tapi kenapa juga Sansan ide banget untuk duduk disebelah gue yang lagi tidur. Tanpa gue sadari. Gue pegang laptop dan selimut yang bukan selimut gue. Ini selimut Sansan. Dia ternyata cuma mau nyelimutin gue pas gue tadi tidur. Duh. Gue jadi gak enak hati. Tapi tetep aja, perlakuan dia itu gak bisa gua maafkan. Dia udah cross the zone. My Gay Zone !!!

Gue keluar kamar sambil bawa selimut Sansan. Gue nggak liat dia di ruang tamu, gue ke dapur pun dia nggak ada, pasti dia udah dikamarnya, so gue buka pintu kamar dia tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu seraya mengucapkan kata-kata yang udah gue pikirkan "ini bukan selimut gue dan entah kenapa ada ditangan gue." Belum habis gue ngomong, mata gue tertuju pada Sansan yang terduduk ditepian kasurnya dengan kedua siku tangannya bertopang pada kedua pahanya yang kekar dan tangannya-tangannya yang sedang menjenggut rambutnya sendiri. Gue yang tadinya marah secara otomatis merasa kasihan melihat dia yang merasa bersalah.

A : It was my fault and Im sorry that you have to know who am i. Yes i am a gay and a guy that you saw on my laptop was my boyfriend.
S : *diam tanpa kata …*

Gue lempar selimut dia dan terus berbalik arah sambil menuju ke kamar gue. Gue mau packing dan gue pengen kabur ke rumah gue. Well, gue berhasil packing maling dan minta dijemput sama sopir gue. Gue pengen balik ke Kemang aja. Gue tau gak semua orang bisa nerima gay. Dan mungkin aja Sansan itu homophobic. Dari pada nantinya jadi awkward mendingan gue yang ngilang. At least mengurangin frekwensi ketemu face to face sama si Sansan.

--------

Gue ketemu Sansan di kantor, di lobby, di smoking area dan dia kaya ngejauhin gue. Gue faham kok, lagian gue juga gak pengen ngomong apa-apa karna gue masih marah. Marah sama dia dan yang lebih ngenes lagi marah sama diri gue sendiri to do such a stupid thing.
I often rolling my eyes kalau gue inget betapa bodoh dan cerobohnya gue. But shit happens and life must go on. Gak bakalan bisa diulang atau dihapus. Jalanin aja. Walaupun pait.

Dihari ke empat gue diem-dieman sama Sansan, dia mulai mencoba approach gue. Gue yang terlahir dengan gelar "binan bitchy yang menjunjung harga diri" cuma jawab seadanya. Gue gak mau dikasihani atau disogok-sogok. Dia minta maaf for what happened and for what he did. Pake bowing lagi ala-ala orang Jepang. Gue takjub, gue kira dia bohongan, tapi pake bowing segala macem berarti ga pake bercanda ni orang. Yaudah gue bilang "santai aja lagi, gue udah biasa kok diginiin. Once people know who am I, either they are gone from my life or felt sorry. But I dont really need those kind of people, I know that I am capable of doing the same things" gue mecoba berdiplomatik seadanya.

Gue nggak mau dikasihani. Bitch, I was born like this and I don't need everybody to felt sorry. I am aware for who am I and what am I. I am just a normal guy who like another guy for instance. If gay was accepted in the society, I would be the same as the normal guy. DUH !! Mikirin yang beginian sih gak bakalan selesai.

Sepekan berlalu, gue udah terbiasa dengan Sansan yang berubah sedikit lebih protektif. Gue nggak tau dia ngerasa bersalah atau gimana, yang jelas gue hargai perlakuan dia itu but still he annoys me sometime. I mean, santai lah, nggak usah dibuat-buat. Once again, gue sadar gue gay dan bukan berarti dengan sekarang lu tau gue gay, lu memperlakukan gue lebih spesial dari yang sebelumnya. I DONT LIKE IT ! FAKE !

--------

Email yang baru masuk ke handphone gue membuyarkan fikiran busuk gue akan perlakukan Sansan yang berlebihan. Gue baca isi email itu. Baju gue udah jadi. BAJU GUE UDAH JADI !! Gila, senengnya minta ampun. Ternyata happy itu simple, haha. Gue geli sendiri. Sampai akhirnya gue rada males karena at the end of the email gue itu ngirim baju ke The Capital instead of ke rumah parents gua yang di Kemang. Duh, gimana cara ngambilnya. Gua kan masi jaul mahal sama si Sansan.

--------

Hari ini gue dikejutkan dengan satu set jas beserta satu box armani shoes disebelah korsi kerja gue. Gue tau jas itu dari Sansan karena gue yang pada akhirnya nggak punya nyali ngambil sendiri dirumah kita. Tapi sepatu ? Gue nggak inget kalau gua juga order sepatu. Lagian armani is not my thing. Diatas box sepatu itu ada sticky note yang bertuliskan "i'm sorry, i really am"
Cong … Apasih maksudnya dia ngasih sepatu sama tulisan kaya begituan. Dikira gue bencong murahan apa yang dibeliin sepatu gituan doang langsung luluh. Dih, dikata dibeliin 7 boxes of shoes like that gue gak segampang itu luluh. Dengan sigapnya gue langsung sms dia yang kira2 berisikan ancaman, nyiyir and sindiran khas mbak-mbak jalur Pantura "gue gak perlu sepatunya, its not even match with the color that i have". Terus dia bales dengan kata-kata datar tapi menyakitkan otak gue, "its okay, i need your report before EOB, both of accounting and finance that we need to send to New York tomorrow". Bitch !!! I hate him even more.

--------

Gue yang ngebut bikin report dengan kecepatan diatas orang normal akhirnya selesai pada jam 11 malem. Sansan bales email gue dengan nada nyiyir "do you know what's the meaning of EOB, don't you?", gue bales yes, its end of business but its not even EOB yet in NY. Point di gue satu.

Gue pulang udah kaya orang abis diperkosa, rambut udah nggak oke, blazzer gue udah kusut, tas gak gue zip full, kabel laptop muncul dari dalem tas gue secara dramatis yang menghasilkan kesan workaholic. Dibawah lobby sana, sesosok makhluk Tuhan yang aduhai gantengnya, dengan masih memakai baju kantor tapi terkesan casual menunggu dengan senyumnya yang merekah. Yang berhasil ngebuat gue luluh lantah. Sansan. Iya dia Sansan. "Good evening Ndro, would you like have something to eat ?" Tanpa ba bi bu gue langsung masuk mobil dan NGOMEL !!!! Dih disangkain bisa gitu aja, gue lempar sepatu yang dia beliin. Pokoknya gue ngamuk. Gua gak mau ngeliat dia. Sejujurnya gue kaya begitu karena salting. Ngapain juga dia pake senyum terus nungguin gue balik. Srigala  berbulu domba, mantan penjajah yang lagi ngejajah gue. Gue kesel, marah, tapi dilain sisi gue ngerasa seneng kalau ternyata dia perhatian sama gue, ya walaupun sedikit perhatian but it is more that enough for me to rescue myself being alone withiut anybody yang merhatiin gue.

Sansan yang duduk disebelah gue cuma bisa garuk-garuk kepala sambil pegangin box sepatu yang gue lampar barusan. "Gue nggak ngerti deh kenapa lu nolak hadiah dari gue …" dengan aksen inggrisnya yang lucu. Gue cuma bilang "i dont accept guilty present from someone that is not my boyfriend or even my type". Entah kenapa gue berani terang-terangan bilang gitu ke Sansan, padahal deep down inside gue suka banget sama Sansan. Hahahaha. Maksudnya suka itu Sansan type hue lah. Oriental dengan badan bagus, pinter, susah ditebak, wangi dan dominant.

--------

Akhirnya, kita makan di PotGar SCBD, one of my fav resto in the neighborhood. Gue makan steak, gue pesen wine, gue pesen wishky gue boros !! Dia cuma bisa geleng-geleng kepala. But, out of no where, gak ada kilat gak ada petir, Sansan nanya emang tipe cowo gue kaya gimana. Dih, gila ya gue sampe hampir keselek ngedenger dia nanya begitu. Seperti biasa, gue cuma ngeliat dia dengan muka gue yang datar terus bilang "seriously, lets not do this". Sansan nggak puas dengan jawaban gue, dengan matanya yang sipit, dia mulai mencari-cari sesosok laki-laki yang I might intrested. "That one, a guys with brown shoes" sambil semangat nunjukin telunjuknya kearah caucasian guy mid 30 yang punya potongan rambut kaya Chistian Ronaldo. Gue jawab, "No" sambil ngelanjutin makana gue. Terus gak selang berapa lama, dia nunjuk sesosok lelaki dengan dengan white polo shirt yang sedang menemani teman perempuannya yang memakai tas channel boy keluaran terbaru dengan silver hardware yang keliatan anggun. Shit !! Gue beneran keselek, gue ngesel nggak mesen air outih karena ketika lu keselek, wine and wishky are not your best friends. Yang lebih ngenesnya lagi, itu sosok lelaki adalah mantan gue, PASCAL !!!

Sansan kebingungan kenapa gue tiba-tiba bertingkah aneh. Gue cuma bisa merem, ngerasain tenggorokan gue yang panas. "easy on your wishky Ndro", Sansan ngomong sambil ngerebut segelas whisky yang udah gue abisin dalam waktu singkat gara-gara gue keselek. Tapi, panasnya tenggorokan gue nggak bisa gue bandingin dengan panasnya hati gue yang secara nggak sengaja ngeliat Pascal lagi, i dont know mungkin ngedate sama pacar barunya. Aaaaahhh life is so unfair. I hate it. Sansan yang rempong sibuk manggil-manggil waitress untuk minta air putih untuk gue yang mukanya udah merah.

Pascal menghampiri. Sambil nepuk bahu gue dan berkata "loh kenapa Ndro, are you okay ?" Dengan nyodorin air putih yang baru aja dateng ke arah mulut gue yang nggak bisa berkata apa-apa. Gue minum ahabis air itu sambil bilang makasih. Gue berdiri balik kanan buabar jalan sambil jalan kearah cashier. Gue keluarin amex gue sambil masih nahan panas dan setelah sukses membuat pembayaran yang gue sesali itu, gue balik ke meja gue yang sekarang udah ada Pascal yang lagi ngobrol sama Sansan seraya berkata, "i'm going home". Tanpa ba bi bu, gue jalan dan setengah berlari keluar. Gue numb, gue gak tau apa yang gue rasain. Gue panas. Gue ngerasa gue abis di smack down. Gue gak worth it. Gue mulai ngebakar rokok gue sambil nangis dibawah pohon. Duh, drama banget hari ini. Gue gak mau supir gue tau gue nangis, nanti dia pasti rebek ngomong ke bokap nyokap gue. Gue suruh supir gue langsung balik ke Kemang, dan gue slowly but sure jalan ke Pasific Place, gue nggak tau gue mau tidur dimana, gue cuma pengen sendiri. Gue check in di Ritz. Tanpa baju ganti, tanpa tas, gue cuma bawa diri aja.

--------

To be continued 

No comments:

Post a Comment